Minggu, 24 Juli 2022

Pasar Ciplukan Kecamatan Mojogedang


 Klik di sini untuk lokasi

Ini Upaya Desa Gentungan Membuat Pasar Ciplukan Agar Tak Hilang Pesona

Pengelola Pasar Ciplukan di Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar menggandeng akademisi untuk mencari cara agar pesona wisata di sana tak hilang.

Ini Upaya Desa Gentungan Membuat Pasar Ciplukan Agar Tak Hilang Pesona

SOLOPOS.COM - Warga Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar berebut kue apam dalam acara Gunungan Apem Sewu di Pasar Ciplukan desa setempat, Minggu (8/5/2022). (Solopos.com/Akhmad Ludiyanto)

Solopos.com, KARANGANYAR — Pengelola Pasar Ciplukan di Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, berencana menggandeng akademisi untuk mengembangkan pasar wisata ini. Selain itu, pengelola juga telah menyiapkan homestay agar wisatawan mau menginap di Desa Gentungan dan menyiapkan beragam kegiatan menarik.

Kegiatan tersebut di antaranya festival ketupat pada akhir Mei nanti serta festival memedi sawah pada Juli-Agustus mendatang. Seperti diketahui, Pasar Ciplukan merupakan pasar tradisional yang menawarkan kuliner tempo dulu. Pasar yang sudah berusia dua tahun ini buka sepekan sekali.

Ketua Wisata Lembang Dongde (WLD), Mulyono, menjelaskan pihaknya menggadeng akademisi agar pesona Pasar Ciplukan tidak hilang. Akademisi yang akan digandeng di antaranya dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Mereka diajak untuk sama-sama mencari formula agar Pasar Ciplukan berkembang dengan memiliki daya tarik wisata yang lebih baik lagi.

Pngelola berusaha agar pasar yang sudah berlangsung selama 2 tahun tetap menarik untuk dikunjungi wisatawan. Bukan hanya dari lokal Karanganyar, tetapi dari Soloraya, bahkan mancanegara,” ujar Mulyono saat memberikan sambutan pada acara Gunungan Apam Sewu di Pasar Ciplukan, Minggu (8/5/2022), seperti dikutip dari karanganyarkab.go.id, Senin (9/5/2022).

Acara Gunungan Apam Sewu kemarin berlangsung meriah. Pasalnya di sela-sela apem terdapat uang dari mulai Rp10.000 hingga ratusan ribu rupiah yang bisa diperebutkan warga.

Prosesi Gunungan Apem dikirab dari salah satu rumah warga dan selanjutnya dipajang di tengah Pasar Ciplukan sebelum jadi sasaran warga. Begitu diperbolehkan untuk diambil, dalam sekejap apam-apam itu ludes diserbu warga.

“Gunungan Apam Sewu 2022 ini digelar kali kedua. Acara yang digelar untuk menyemarakkan Hari Raya Idulfitri itu kali pertama digelar pada 2021 di tempat yang sama,” tambahnya.

Kepala Desa Gentungan, Suwito, memastikan semua kegiatan wisata yang digelar di desanya melibatkan warga. Termasuk dalam acara Gunungan Apa Sewu pada Minggu kemarin.Dengan kegiatan ini pasar bisa bergulir lagi, warga bisa berdagang hasil bumi, hasil ternak dan sebagainya sehingga perekonomian masyarakat juga bisa terus berkembang,” imbuhnya.Sementara itu, Wakil Bupati Karanganyar, Rober Christanto, dalam sambutannya meminta warga Gentungan menjadi tenaga marketing bagi desanya. Warga bisa menyebarluaskan informasi tentang potensi desanya melalui relasi dan media sosial yang mereka miliki.

“Warga harus ikut menjadi tenaga marketing untuk mempromosikan potensi desanya,” ujar Rober yang ikut menyelipkan beberapa lembar uang tunai pecahan Rp50.000 di antara apam-apam pada gunungan sebelum diperebutkan warga.

Wisata Sendang Bejen

 

Klik disini untuk lokasi

Suasana asri khas pedesaan begitu terasa di kawasan mata air atau Sendang Bejen, Dusun Dawe, Mojoroto, Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.

Konon, dahulunya Sendang ini dipakai Raden Mas Said atau Raja Mangkunegaran I yang dijuluki pemerintah kolonial Belanda Samber Nyawa sebagai tempat beristirahat sekaligus persembunyian dari kejaran tentara kompeni.

Disendang inilah, Raden Mas Said atau Mangkunegaran I menyusun rencana memukul balik tentara Belanda.Belanda sendiri tak menyangka bila Raja Mangkunegaran yang mereka beri gelar Pangeran Sambernyawa ini bersembunyi ditempat tersebut. Dahulunya Dusun Dawe ini merupakan hutan belantara dan belum terjamah sama sekali oleh Manusia.Sehingga tak heran, bila Dusun Dawe ini satu-satunya wilayah di Karanganyar yang tak pernah tersentuh sama sekali oleh tentara kolonial Belanda kala itu.

Setelah mangkrak cukup lama dan kerap disalah gunakan untuk keperluan yang bertentangan dengan agama, anak-anak muda dusun Dawe, desa Mojoroto ini menyulap lokasi tersebut menjadi lokasi wisata yang cukup cantik.Tak hanya menyulap Sendang Bejen menjadi lokasi wisata yang bersih dari kesan negatif, para pemuda di desa ini pun mampu menyulap desa mereka seperti kala masa kerajaan Majapahit.Pada pintu masuk desa, dibangun sebuah tugu berdisain Majapahit. Termasuk jalur menuju kesendang Bejen inipun ditata sedemikian rupa seperti saat masa Majapahit.

Kerja keras anak muda Dusun Dawe, Desa Mojoroto, Mojogedang, Karanganyar ini akhirnya membuahkan hasil.Dusun Dawe dipercaya mewakili Jawa Tengah dalam verifikasi Program Kampung Iklim (Proklim). Program ProKlim merupakan program berlingkup nasional dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Katagori program ini melihat sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta penurunan emisi gas rumah kaca.Pejabat Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara- Kementrian LHK, Nur Hayati sebut verifikasi Proklim ini bertujuan untuk memeriksa kesesuaian data dan infomasi yang dikirim oleh pengusul lokasi kampung iklim.Salah satu parameternya adalah disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kultur budaya daerah setempat, salah satunya dusun Dawe desa Mojoroto, Mojogedang.

"Seperti keberadaan sumber mata air (sendang Bejen) yang dimanfaatkan untuk pertanian," jelasnya belum lama ini.

Menurut Nur, ada 30 daerah yang masuk kriteria Proklim karena memiliki penilaian diatas angka 81 dan masuk dalam kategori Utama.Nantinya peserta proklim akan menerima sertifikat sesuai kategorinya baik itu pratama, madya dan utama. Kementrian juga memberikan apresiasi untuk masuk di sistem register nasional (SRN)," imbuhnya.

Kepala Desa Mojoroto, Ngatman mengajak masyarakat berpartisiapsi menjaga lingkungan dan mata air yang ada di dusun ini.

Salah satunya menjaga sumber air bersejarah peninggalan Raden Mas Said untuk kebutuhan masyarakat.Terutama bagi petani di musim kemarau. Karena debitnya tetap sama baik di musim kemarau maupun musim penghujan. Dan Alhamdulilah Desa Mojoroto masuk 10 besar kampung Prokoklim di Jawa, Bali, Nusa Tenggara (Jabanusa)," ungkapnya.Penduduk desa yang mayoritasnya petani ini juga membuat pupuk organik dengan bantuan pendampingan Dinas Pertanian.

Termasuk pemberdayaan UMKM ternak madu Lanceng dan pembuatan Kue Bolu Tiwul, yang akan menjadi pruduk unggulan desa setempatAda penyuluhan ternak lebah madu Lanceng, budidaya tanaman hias juga pengelolaan pupuk organik untuk kegiatan pertanian. Baik padat maupun cair supaya petani tidak hanya mengandalkan pupuk kimia," pungkasnya

Pasar Ciplukan Kecamatan Mojogedang

  Klik di sini untuk lokasi Ini Upaya Desa Gentungan Membuat Pasar Ciplukan Agar Tak Hilang Pesona Pengelola Pasar Ciplukan di Desa Gentunga...